Definisi Sunnah dan Cara mengagungkan
Sunnah Nabi
Sunnah
memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Bagaimana tidak? Sunnah
adalah penjelas dan penjabar Al Qur’anul Kariim. Sunnah juga merupakan sumber
hukum kedua dalam Islam setelah Al Qur’an. Tanpa memahami sunnah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam seseorang tidak akan bisa memahami dan
mengamalkan Islam dengan baik dan benar.
Pengertian
Sunnah
Sunnah
yang dimaksud bukanlah sunnah menurut istilah fikih yang merupakan lawan dari
makruh. Dalam fikih, sunnah artinya sebuah amalan yang apabila dilakukan akan
mendapatkan pahala, apabila ditinggalkan tidak mendapatkan dosa. Akan tetapi
sunnah yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang bersumber dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik itu ucapan beliau,
perbuatan beliau, ataupun ketetapan beliau [atau yang biasa dikenal dengan
istilah hadits, ed]. Secara umum, manusia di dalam menyikapi sunnah Nabi
terbagi menjadi 3 golongan :
1.
Golongan yang Mengagungkan Sunnah Nabi dengan benar
Golongan
yang mengagungkan sunnah Nabi dengan benar adalah golongan orang-orang yang mau
mempelajari, meneladani, dan mengamalkan sunnah beliau. Orang-orang dari
golongan ini sadar bahwa mereka telah bersyahadat : “Asyhadu Anna
Muhammadarrasulullah” (aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan
Allah) konsekuensinya mereka harus mengagungkan sunnah Nabi. Mereka menempuh
jalan yang benar dalam mengagungkan sunnah Nabi. Jalan yang benar dalam
mengagungkan sunnah Nabi adalah dengan mempelajari, meneladani, dan mengamalkan
sunnah beliau.
Imam
Al Qadhi ‘Iyadh Al Yahshubi berkata, “Ketahuilah bahwa barangsiapa yang mengaku
mencintai sesuatu, maka dia akan mengutamakannya dan berusaha meneladaninya.
Kalau dia tidak melakukannya, maka berarti dia tidak dianggap benar dalam
kecintaanya dan dianggap hanya mengaku-ngaku saja tanpa bukti nyata. Maka orang
yang benar dalam pengakuan kecintaannya kepada (sunnah) Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah orang yang terdapat bukti kecintaan tersebut pada
dirinya. Bukti kecintaan kepada (sunnah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang utama adalah dengan meneladani beliau, mengamalkan sunnahnya,
baik perkataan maupun perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi
larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab yang beliau contohkan, dalam
keadaan susah maupun senang dan lapang maupun sempit.” (Asy Syifa bi
Ta’riifi Huquuqil Mushthafa, dikutip dari www.muslim.or.id)
Golongan
yang pertama ini adalah orang-orang yang faham betul dengan firman-firman Allah
(yang artinya): “Dan tidaklah pantas bagi seorang mukmin dan mukminah untuk
memiliki pilihan yang lain apabila Allah dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan.” (QS. Al-Ahzab:36). “Barang siapa mentaati Rasul, maka
sungguh ia telah mentaati Allah.” (QS. An-Nisa:80). “Segala apa yang
dibawa Rasul, maka ambillah. Dan segala apa yang dilarangnya, maka
tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Diantara
orang-orang yang termasuk ke dalam golongan ini adalah para sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, Anas bin Malik berkata : “Tidak ada seorang pun yang
paling dicintai oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melebihi beliau (Nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi jika
mereka melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak berdiri
untuk menghormati beliau, karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membenci perbuatan tersebut.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)
Dari
perkataan Anas bin Malik tersebut kita juga bisa mengetahui para sahabat adalah
orang yang paling mencintai dan mengagungkan sunnah Nabi. Dan mereka adalah
orang yang paling tahu bagaimana cara mengagungkan dan mencintai sunnah Nabi.
Maka sepatutnya kita menjadikan cara para sahabat sebagai contoh di dalam kita
mengagungkan sunnah Nabi.
2.
Golongan yang Mengagungkan Sunnah Nabi dengan Cara yang Salah
Golongan
yang kedua ini adalah orang-orang yang tahu bahwasanya mengagungkan sunnah Nabi
adalah sebuah kewajiban namun mereka tidak mengetahui cara yang benar di dalam
mengagungkan sunnah Nabi. Mereka mengagungkan sunnah Nabi dengan cara-cara yang
tidak beliau ajarkan dan bahkan dilarang oleh syariat islam. Mereka membuat
acara-acara / perayaan-perayaan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Nabi.
Sehingga pada hakikatnya apa yang mereka lakukan bukanlah mengagungkan sunnah
beliau.
Diantara
contoh perbuatan tidak benar yang dilakukan oleh sebagian orang yang termasuk
dalam golongan ini adalah dengan melakukan perayaan Maulid Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Niat mereka memang baik, yaitu bertujuan mengagungkan
Nabi dan sunnahnya. Akan tetapi caranya tidak benar, karena tidak ada
tuntunannya. Seandainya perayaan tersebut baik, pasti para sahabat telah
melakukannya karena para sahabatlah orang yang paling mencintai dan
mengagungkan beliau dan sunnahnya. Sedangkan para sahabat tidak pernah
melakukan acara / perayaan maulid nabi tersebut.
Contoh
salah yang lain dalam mengagungkan sunnah beliau adalah dengan memuji dan
mensifati beliau secara berlebihan, dengan menganggap beliau memiliki kemampuan
tertentu yang sebenarnya Allah tidak memberikan kemampuan tersebut kepadanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Janganlah kalian
memuji diriku secara berlebihan dan melampaui batas, sebagaimana orang-orang
Nashrani melampaui batas dalam memuji Nabi Isa bin Maryam, karena sesungguhnya
aku hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah : (Muhammad) hamba Allah dan
Rasul-Nya.” (HR. Bukhori)
3.
Golongan yang Meremehkan Sunnah Nabi
Golongan
ketiga adalah orang-orang yang meremehkan dan mengejek sunnah Nabi. Mereka
menolak dan tidak mau beramal dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bahkan mengejek sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan mengejek orang-orang yang mengamalkannya. Inilah golongan yang paling
jelek. Banyak sekali kita temui orang-orang yang tidak mau beramal dengan
sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, minum sambil duduk misalnya,
padahal minum sambil duduk adalah sunnah Nabi, bahkan beliau melarang kita
minum sambil berdiri. Orang yang tidak setuju mengatakan, ketinggalan jaman,
masak minum saja harus sambil duduk. Ada juga orang mengejek sunnah Nabi dengan
mengejek orang-orang yang mengamalkannya. Misalnya, orang-orang yang memelihara
jenggot diejek seperti kambing, lelaki yang memakai pakaian yang tidak menutupi
mata kaki diejek kebanjiran, dan ejekan-ejekan lainnya yang pada hakikatnya
adalah mengejek sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu
Abdillah Muhammad bin Ismalil At-Taimy juga bercerita : “Aku pernah membaca
dalam sebagian kisah, bahwa pernah ada seorang ahlul bid’ah tatkala mendengar
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apabilah salah seorang di
antara kamu bangun dari tidurnya, maka janganlah ia mencelupkan tangannya ke
dalam bejana sehingga ia mencucinya terlebih dahulu, karena dia tidak
mengetahui di mana tangannya bermalam.”
Maka
ahli bid’ah tersebut berkata dengan nada mengejek : “Aku mengetahui di mana
tanganku bermalam, yaitu di atas tempat tidur !!” Pada suatu pagi, didapati
orang tersebut bangun tidur dalam keadaan tangannya telah masuk ke dalam
duburnya sampai ke pergelangan tanganya (Ta’zhimus sunnah, karya Abdul
Qoyyum As-Suhaibani). Inilah sebagian hukuman yang diberikan oleh Allah secara
langsung kepada orang yang mengejek dan meremehkan sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Penutup
Itulah
tiga golongan manusia dalam menyikapi sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Diantara tiga golongan tersebut tentunya sikap yang benar adalah
sikap yang pertama, yaitu golongan yang mengagungkan sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan cara yang benar. Wajib mengagungkan sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam karena hal tersebut merupakan konsekuensi yang harus kita
tunaikan ketika telah mengucapkan syahadat “Asyhadu anna muhammadar
rasulullah” (Aku bersaksi bahwasanya muhammad adalah utusan Allah).
Jika
kita tidak mengagungkan sunnah Nabi maka syahadat kita tidak sempurna, sehingga
mengagungkan sunnah Nabi hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim. Dengan cara
yang benar maksudnya adalah harus sesuai dengan aturan syariat islam dan
meneladani apa yang dilakukan oleh para sahabat. Para sahabat Nabi adalah
orang-orang yang paling mencintai dan mengagungkan sunnah Nabi, sehingga
sepatutnya kita mengikuti jalan mereka dalam mengagungkan sunnah Nabi.
Adapun
golongan kedua mereka mengagungkan sunnah nabi dengan cara yang tidak benar,
dengan cara yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Sikap tersebut tentunya
terlarang karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang
siapa beramal dengan sebuah amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka
amalan tersebut tertolak” (HR Muslim). Sedangkan golongan ketiga yang tidak
mau mengagungkan sunnah Nabi dan mengejek sunnah beliau, maka sikap tersebut
dilarang keras dalam Islam, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barang siapa yang tidak menyukai sunnahku, dia
bukanlah termasuk golonganku” (HR Bukhori dan Muslim).
Demikian
pembahasan yang singkat ini. Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah untuk bisa
mengagungkan sunnah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cara
yang benar, sebagaimana cara yang pernah ditempuh oleh para sahabat radhiyallahu’anhum
ajma’in. [Muhammad Rezki Hr*]
*
Penulis adalah mahasiswa UGM, menjadi pengurus program bahasa arab Ma’had Umar
Bin Khattab dan ikut membantu ketakmiran di salah satu masjid di Pogung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar